Warta-gereja.com – ( Salatiga, 21-24 November 2023) Sidang Sinode GKJ adalah persidangan Gereja-gereja Kristen Jawa yang dihayati sebagai pesta iman. Sidang Sinode XXIX ini dilaksanakan dalam dua tahap; tahap pertama berlangsung secara online, tanggal 17 Oktober 2023 dan tahap kedua di Salatiga tanggal 21-24 November 2023. Sidang Sinode XXIX mengusung tema: “GKJ Melangkah Bersama dengan Semangat Pembaruan dan Pemulihan Ciptaan”, sedangkan sub tema: “Cinta Kasih Kristus Menggerakkan GKJ Bekerja Sama dengan Semua Warga Bangsa Mengupayakan Ketahanan Pangan dan Budaya yang Berkeadilan bagi Pemulihan dan Keutuhan Ciptaan”.
Gereja dalam pengertian ekklesia adalah komunitas yang dipanggil keluar dan hadir di tengah dunia dengan segala pergumulan, tantangan dan harapannya. Karenanya gereja dipanggil untuk menghadirkan damai sejahtera sebagai jawab karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus (1 Petrus 2:9-10). Menurut PPA GKJ, dunia adalah gelanggang atau arena di mana gereja dipanggil untuk berkarya nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penyelenggaraan Sidang Sinode XXIX GKJ tidaklah berada di ruang hampa, melainkan di tengah berbagai pergumulan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia secara khusus dan dunia pada umumnya. Beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian di antaranya adalah:
Pertama, Pesta Demokrasi. Bangsa Indonesia telah menetapkan demokrasi sebagai kendaraan menuju masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan. Salah satu prasyarat negara demokrasi adalah penyelenggaraan Pemilu secara berkala, sebagai mekanisme untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden, dan Kepala daerah. Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan salah satu pilar utama dari proses akumulasi kehendak masyarakat dalam menentukan orang-orang yang dipercaya untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan. Namun dari realita yang berkembang saat ini, pesta demokrasi mengabaikan etika politik. Bahkan segala upaya dilakukan untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Salah satu hal yang mengkhawatirkan adalah menguatnya Politik Identitas dan politik uang yang mengancam sendi-sendi kemajemukan, yang dapat merobek tenun kebangsaan. Karenanya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, gereja sudah semestinya memperjuangkan dan mengawal penyelenggaraan Pemilu 2024 ini untuk sungguh-sungguh mencerminkan nilai-nilai demokrasi dengan tetap berpegang teguh pada keutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
Terkait dengan Pemilu 14 Februari 2024 Persidangan Sinode XXIX GKJ menyerukan:
- Menolak politik identitas dan politik uang.
- Mendorong segenap warga jemaat yang telah memiliki hak pilih untuk menggunakan hak pilihnya dengan cerdas sebagai bentuk tanggung jawab iman dan tanggung jawab warga negara.
- Mendorong gereja untuk memberikan pendidikan politik baik bagi warga jemaat maupun para calon legislatif.
- Mendorong setiap warga jemaat untuk berperan dalam mengawal proses pemilihan umum agar berjalan secara transparan, jujur dan adil.
- Bagi para penyelenggara pemilu diharapkan melaksanakan pemilu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
- Bagi para peserta pemilu siap menerima hasil pemilu dengan dewasa, bijak dan bermartabat.
Kedua, Krisis Ekologi. Manusia hidup sebagai bagian dari alam semesta yang adalah karya Allah. Namun harus diakui bahwa selama ini manusia menempatkan diri di atas alam semesta.
Alam dijadikan sebagai obyek yang dieksploitasi untuk kepentingan dan keserakahan manusia. Karena itu laju kerusakan alam sudah pada tahap sangat mengkhawatirkan. Berbagai kerusakan alam diantaranya; polusi udara, air dan tanah, penggundulan hutan, punahnya spesies flora dan fauna, proses penggurunan, bencana alam, konflik agraria dan lain-lain. Di tengah masifnya krisis ekologi, gereja bersama elemen bangsa yang lain dipanggil untuk berpartisipasi dalam pemulihan ciptaan.
Oleh karena itu Persidangan Sinode XXIX GKJ menyerukan:
- Mendorong kesadaran warga jemaat bahwa Allah memberikan mandat kepada manusia untuk menjaga dan merawat alam dan seluruh ciptaan.
- Mendorong gereja-gereja untuk menumbuhkan kesadaran ekologis dan mengembangkan semangat “gereja sahabat alam”.
- Mendorong agar setiap warga jemaat untuk memilah dan mengolah sampah, mengurangi sampah plastik, melakukan penghijauan dan pertanian subsisten di lingkungan masing-masing untuk ketahanan pangan.
Ketiga, Era Tranformasi Digital. Saat ini dunia memasuki era di mana perkembangan tranformasi digital semakin kompleks, masif dan tidak bisa dihindari. Era ini ditandai dengan adanya teknologi yang serba canggih dan memudahkan kegiatan manusia dalam berbagai bidang seperti komunikasi, bisnis, keagamaan, pemerintahan dan lain-lain. Era digital juga hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar bisa lebih modern dan juga lebih praktis. Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, saat ini menempati urutan ke empat terbesar dalam penggunaan media sosial. Ini menjadi penanda masyarakat Indonesia telah menggunakan media digital secara luar biasa dan menjadi pasar besar dunia. Penggunaan Artificial Intelligence (AI) semakin menunjukan pesatnya perkembangan teknologi digital. Dalam konteks ini kaum muda memiliki peran yang strategis karena mereka adalah generasi yang menguasai teknologi digital.
Di tengah era transformasi digital ini, maka penting bagi gereja untuk merumuskan sikapnya supaya perkembangan teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan tugas panggilan gereja dan menjaga martabat manusia. Oleh karena itu Persidangan Sinode XXIX GKJ menyerukan:
- Mendorong gereja-gereja untuk melakukan literasi terkait era transformasi digital.
- Mendorong warga jemaat secara umum, dan khususnya kaum muda untuk menggunakan media digital secara bijak, cakap dan tangguh dalam menghadapi disrupsi digital.
- Mendorong gereja-gereja untuk melakukan transformasi pelayanan digital, dan melibatkan kaum muda gereja untuk berpartisipasi penuh serta menjadi pemimpin dalam pelayanan digital gereja.
Keempat, Perdamaian Dunia menjadi salah satu hal pokok yang juga penting untuk diperhatikan. Situasi perdamaian dunia saat ini sangat memperihatikan. Sejak awal tahun 2023, dunia diperhadapkan dengan perang antara Rusia dan Ukraina. Saat ini perang terjadi di Israel dan Palestina akibat konflik antara Israel dan Hamas. Di samping kedua hal tersebut, dunia juga diperhadapkan dengan perebutan “kekuasaan” antara Amerika dan China. Konflik tersebut berakibat pada banyaknya warga sipil yang menjadi korban dan kerusakan di segala aspek kehidupan. Sekalipun peperangan itu terlihat jauh dari kehidupan GKJ di Indonesia, tetapi dampak dari peperangan itu juga dirasakan di sektor ekonomi, politik dan hubungan lintas iman.
Oleh karena itu Persidangan Sinode XXIX GKJ menyerukan:
- Mendukung upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak bagi terciptanya perdamaian dunia.
- Mendorong gereja-gereja untuk memberikan pemahaman yang benar dan jernih tentang konflik yang terjadi khususnya di Israel dan Palestina kepada warga jemaat dan masyarakat.
- Mendorong gereja-gereja untuk mendukung dalam doa bagi terwujudnya perdamaian dunia dan segala upaya kemanusiaan bagi para korban perang.
Demikian seruan pastoral Persidangan Sinode XXIX GKJ, semoga Tuhan memberkati kita.
Pimpinan Persidangan Sinode XXIX GKJ
( Red. Dharma Leksana )