Warta-gereja.com – Minggu (11/2), Gedung Gereja Pouk Pelita, Cimanggis, dipenuhi semangat dan harmoni musik saat pembukaan kelas pelayanan musik gerejawi. Acara ini melibatkan para penatua gereja, antara lain ; Penatua Pemuda, Kesger ( Kesenian Gerejawi ), Remaja, dan KKP ( Kebaktian, Kesaksian, Pelayanan ), bersama dengan profesional music tranier undangan. Coaching clinic menjadi langkah awal untuk memotivasi dan memberikan pembekalan kepada 34 peserta, termasuk beberapa peserta dewasa muda, menjelang kelas pelayanan yang dimulai pada awal Maret 2024.
Keterangan foto : Peserta kelas pelayanan hikmat dan bersemangat mengikuti kegiatan coaching clinic, di gereja Pouk Pelita, Sukatani. (Fotografer : Vincent/mudita)
Penatua KKP, Bapak Hans Pulalo, membuka acara dengan kata sambutan, diikuti oleh ibadah singkat yang dipimpin oleh penatua remaja Kak Marie Siwalete sebagai Liturgos dan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pendeta Kornelius Ramma’ adalah komitmen dalam melayani Tuhan, yang ditegaskan melalui perenungan atas bahan bacaan Alkitab Lukas 9:57-62.
Coaching clinic ini bertujuan untuk memotivasi para calon siswa dengan memberikan semangat dan pembekalan awal sebelum memulai kelas pelayanan mendatang. Para peserta diajak untuk memahami bahwa bermusik bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga mengedepankan perilaku “attitude” pelayanan yang baik, mengenal harmonisasi, mengendalikan emosi saat bermain musik, dan memahami bagian-bagian penting dalam rangkaian suatu ibadah.
Kegiatan ini dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi pertama, yaitu sesi perkenalan oleh dua profesional trainer, Kakak Fahmi Rukmana ( Drummer ) dan Kakak E. Wisnu Jatmiko Adi ( Keyboardist ), Sesi kedua, para trainer memamerkan kemampuan mereka kepada para peserta, dengan memainkan satu sampai dua lagu pujian. Sesi ketiga menjadi puncak dalam kegiatan ini, antusiasme peserta terlihat saat berinteraksi. Mereka (para trainer) selain memamerkan keahliannya, juga berbagi teknik, dan mengenalkan dunia pelayanan musik gerejawi dengan lebih mengedepankan “attitude” pelayanan yang baik, tidak menjadi sombong, dan mampu mengendalikan emosi serta ego.
Para peserta, termasuk Axcel dan Kael (remaja), dengan berani mempraktekkan keterampilan yang mereka peroleh, disusul dengan kepercayaan diri tampilnya peserta dari kaum muda ( Mudita ), Vani, Cristy, dan Kak Ivan, seakan tidak mau ketinggalan momentum berharga ini. Bahkan aksi spontanitas penatua pemuda, Kakak Hendra Adi merespon saat sesi jamming bareng dengan menyanyikan satu lagu pujian.
Lalu acara ditutup dengan doa, menandakan berakhirnya kegiatan ini, tetapi semangat yang ditanamkan dalam Coaching Clinic ini diyakini akan terus berkobar dan menginspirasi para pelayan musik generasi mendatang di Gereja Pouk Pelita. ( A.R.H )